Zaman sekarang, istilah banyak anak banyak rezeki sepertinya nggak terlalu relevan lagi. Bakal lebih tepat kalau dibilang banyak teman, banyak rezeki. Betul nggak?
Sering terjadi, bahkan sering saya jumpai, seorang rekan content creator yang kemampuannya standar-standar saja bisa dapat peluang kerja yang lebih banyak, dan otomatis cuan yang lebih besar ketimbang rekan lain yang sebenarnya punya keterampilan diatas rata-rata.
Awalnya, saya agak heran. Kok bisa orang yang punya keterampilan standar begitu malah lebih dipercaya oleh brand daripada orang yang lainnya?
Apa jangan-jangan dia pakai jalur orang dalam? Atau mungkin dia punya ajian pengasih?
Aihhh, amit-amit, jangan dicontoh ya yang suka negative thinking begini.
Setelah sekian lama, dan makin intens bergaul dengan teman-teman sesama blogger dan content creator, saya akhirnya paham bahwa kemampuan kelas tinggi bukanlah faktor utama dalam memilih partner kerja sama.
Ada yang punya tulisan keren, tapi susah banget disuruh baca brief. Ada juga yang harus dikejar-kejar saat dimintai laporan, tapi paling cerewet kalau nagih fee. Dan banyak lagi kelakuan ajaib lainnya.
Tapi yang paling sering saya temui, adalah orang dari antah berantah, bahkan seringkali nggak dikenal, tetiba japri minta tolong atau bertanya sesuatu.
Contohnya seperti yang seperti ini nih....
Tangkapan layar di atas bukan punya saya ya. Kakak di atas kebetulan mengirim pesan kepada salah satu teman blogger senior yang sudah bertahun-tahun malang melintang di kancah perkontenan.
Tanpa perkenalan, tanpa salam ujug-ujug minta tolong. Laahh siapa eluuu!
Bagaimana perasaan kalian kalau mendapat pesan begitu? Kalau saya sih, jengah. Rasanya langsung nggak respek. Jadi jangankan membalas, kontaknya pasti langsung saya block.
Di era digital, lingkungan pergaulan kita jadi makin luas. Kita bisa berinteraksi dengan berbagai manusia di muka bumi. Mulai dari yang sebaya, anak-anak, yang lebih senior, yang ada tinggal di beda pula, hingga yang bermukim di beda benua.
Pun begitu, tata krama dan etika dalam bergaul tak boleh diabaikan. Terutama dalam dunia kerja!
Tahukah kalian, berdasarkan penelitian Harvard sebagaimana yang dilaporkan Forbes, disebutkan bahwa 85% kunci sukses terletak pada social skill. Sementara, kemampuan teknis hanya berkontribusi 15% dalam kesuksesan.
Menjalin Networking di Dunia Content Creator
Sebagai introvert, saya seringkali merasa canggung tiap kali harus perkenalan atau mulai percakapan dengan orang lain. Terlebih kalau yang sedang saya hadapi adalah orang-orang dari brand, agency atau para blogger senior.
Mau menyapa duluan takut salah, mau ngajak salaman takut dicuekin.
Ada yang pernah merasa begini nggak?
Makanya, waktu Komunitas Indonesian Social Blogger (ISB) mengadakan kelas webinar ‘Personality Development For Blogger, Narrative For Success’, saya semangat menyimak.
Webinar ini diadakan oleh ISB, bekerja sama dengan dan Duta Bangsa, sebuah lembaga pelatihan kepribadian yang didirikan oleh Dra. Mien R. Uno dan Drg. Anita Ratnasari Chairul, MARS, tahun 2001. Duta Bangsa menyediakan berbagai program dan kelas terkait pengembangan kepribadian untuk keperluan dunia kerja dan bisnis. Detail lengkap mengenai program Duta Bangsa, bisa langsung dilihat di website dutabangsa.co.id
Sebagai pembicara, dihadirkan Rudi Hilman, Direktur Program Development Duta Bangsa.
Disampaikan Pak Rudi, bahwa dalam menjalin komunikasi sosial, terutama di dunia kerja, kita perlu memperhatikan etika dan etiket.
Lho, apa bedanya etika dan etiket?
Etika, adalah falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila dan agama. Sifatnya absolut, ada atau tidak ada yang melihat, etika akan tetap berlaku. Misalnya, toleransi, memberi apresiasi tulus dan tidak menyalahgunakan kekuasaan.
Sementara etiket, merupakan cara pergaulan yang baik antar sesama manusia. Sifatnya relatif dan dapat berubah sesuai waktu, lokasi dan situasinya. Misal, tersenyum, melakukan kontak mata dengan lawan bicara. Di situasi tertentu hal ini sah dilakukan, namun di situasi yang berbeda malah bisa dianggap tidak sopan.
Bagaimana dengan etika dan etiket di dunia kerja?
Berikut rangkuman tentang tata cara memperkenalkan diri, yang saya rangkum dari webinar kemarin. Disimak ya!
Etiket berkenalan di dunia bisnis & dunia kerja:
- Ucapkan nama dengan jelas
- Lakukan kontak mata dengan lawan bicara
- Menjabat tangan dengan erat tapi jangan terlalu kuat
- Hindari melakukan perkenalan di tempat umum. Lakukan perkenalan di situasi yang nyaman seperti pada seminar atau meeting kantor
- Jangan memberikan pertanyaan yang terlalu personal, misalnya menanyakan punya anak berapa atau sudah menikah atau belum.
- Hindari menatap lawan bicara terlalu lama
- Kalau kita sedang dalam posisi duduk, sebaiknya berdiri sebentar saat bersalaman dan memperkenalkan diri. Setelah itu baru duduk kembali.
- Kalau kalian tidak ingin berjabat tangan, terutama dengan lawan jenis, sebaiknya dari jauh berinisiatif untuk menangkupkan tangan di depan dada, supaya lawan bicara sadar bahwa kita tidak bisa berjabat tangan.
Di dunia kerja, ada kalanya kita perlu memperkenalkan atasan atau rekan kerja kita dengan brand atau partner kerja lainnya.
Cara memperkenalkan orang lain ini, ternyata juga ada etiketnya lho....
- Saat memperkenalkan atasan atau orang lebih senior, usahakan untuk selalu menyebut orang yang lebih senior terlebih dulu. Misal, kita mau memperkenalkan atasan kita kepada rekan bisnis yang lebih muda, kita dapat mengatakan, “Pak Senior, perkenalkan ini Pak A.”
- Kalau memperkenalkan wanita kepada pria, sebutkan dulu nama wanita. Misal, “Bu C, perkenalkan ini Pak D.”
Lalu bagaimana etiket saat berpapasan dengan atasan atau bawahan?
Menurut Pak Rudi, saat bertemu atasan sebaiknya kita berinisiatif menyapa lebih dulu. Sementara kalau disapa bawahan, kita sebaiknya berinisiatif menjabat tangannya. Dengan begitu, akan tercipta budaya saling menghargai.
Tips Basa-Basi Biar Nggak Basi
Nah ini ini yang seringkali jadi bagian tricky dalam menjalin relasi, bagaimana caranya basa basi biar nggak basi.
Jujur, saya paling malas kalau harus basa-basi, maunya sih bisa langsung to the point saja.
Tapi ternyata bergaul di dunia sosial apalagi untuk menjalin hubungan yang baik yang akan membuka peluang kerjasama, yang namanya basa-basi itu mutlak.
Basa-basi atau istilah kerennya, small talks bermanfaat untuk menciptakan kenyamanan berinteraksi. Basa-basi, yang menurut sebagian orang terkesan remeh itu, berguna untuk menunjukkan kepada lawan bicara bahwa kita adalah orang yang terbuka dan perhatian, sehingga hubungan baik bisa terjaga.
Menurut Pak Rudi Hilman, basa-basi nggak boleh kelewat batas.
- Hindari membicarakan tenang kesehatan atau penyakit
- Hindari pembicaraan tentang harga barang yang dipakai
- Hindari tema pornografi atau hal-hal yang menjurus pada pujian fisik berlebihan
- Hindari membicarakan isu-isu kontroversial atau politik
- Yang paling penting, jangan bicarakan hal pribadi, seperti menanyakan usia, berat badan, status pernikahan, dan lain-lain.
Small talks yang seru, bisa dimulai dengan menanyakan tentang :
- Cuaca
- Kondisi lalu lintas
- Kemajuan di bidang ilmiah
- Pertunjukan kesenian yang sedang hits
Saat suasana sudah lebih cair, kita bisa berlanjut pada pembicaraan bisnis.
Apa sih yang perlu diperhatikan dalam pembicaraan bisnis?
- Keep it short and simple (Nggak perlu terlalu banyak intro, sampaikan penawaran dengan sederhana)
- Biasakan untuk meringkas apa yang telah dibicarakan
- Peka dengan hal-hal yang dikatakan orang lain
- Berorientasi pada win-win solution
- Keseimbangan antara result and relationship
- Hindari sikap egois, yang berorientasi pada kepentingan sendiri
- Jangan mendominasi pembicaraan, beri kesempatan orang lain untuk bicara
- Jangan mengintimidasi, apalagi bertindak agresif.
Lalu bagaimana menerapkan tips-tips ini di dunia digital?
Perlu digaris bawahi, bahwa sopan santun nggak cuma berlaku di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Contoh sederhana, saat mengirim email atau DM, pastikan menggunakan bahasa sopan dan profesional. Jangan lupa untuk selalu menyapa dan memperkenalkan diri dengan jelas. Hindari kata-kata yang terlalu informal atau singkatan yang nggak perlu.
Pun begitu pula saat kita ingin mem-follow up tawaran kita sebelumnya. Sebaiknya, tunggu beberapa hari sebelum melakukan follow up. Jangan sampai terlihat seperti mengejar-ngejar. Ingat, semua orang punya kesibukan masing-masing. Follow up yang bijak itu nggak cuma menunjukkan keseriusan kita, tapi juga tetap menjaga sopan santun.
Terakhir, setelah kerjasama selesai, jangan lupa untuk selalu mengucapkan terima kasih. Ini menunjukkan bahwa kita menghargai usaha mereka. Selain itu, beri juga feedback yang membangun agar hubungan dengan brand atau sesama content creator bisa terus terjalin dengan baik.
Kesimpulannya, salah satu kunci sukses untuk membangun karir baik adalah networking yang santun dan beretika. Ingat, sikap profesional dan etika yang baik akan membuat kita dihargai dan diandalkan di dunia digital.
Selamat berjejaring dan semoga jadi tambah tahu!
Tidak ada komentar