Kini, gaya hidup sehat dan rumah tangga minim limbah menjadi lifestyle bergengsi. Pelan tapi pasti gaya hidup ini membuat banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk diantaranya pada bidang pekerjaan masa depan.
Harus diakui kesadaran untuk membangun peradaban yang lebih ramah lingkungan dan kemajuan teknologi membawa andil besar dalam perubahan ini. Dalam beberapa dekade terakhir beberapa profesi baru yang tak terbayangkan sebelumnya bermunculan. Sebut saja profesi content creator, AI (Artificial Intelligence) Specialist, Digital Marketing, dan masih banyak lagi.
Anak muda menyebutnya Green Jobs!
Ya, green jobs bisa dibilang adalah istilah keren untuk menggambarkan pekerjaan masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Bidang green jobs sangat luas, namun bila mengacu pada International Laour Organization (ILO) pada prinsipnya suatu bidang dapat disebut green jobs bila memenuhi setidaknya 5 prinsip berikut:
- Mendukung kelestarian alam
- Meminimalisir sampah dan polusi
- Melestarikan ekosistem dan mendukung proses adaptasi perubahan iklim
- Mendorong efisiensi bahan baku energi terbarukan
- Mendorong pembatasan emisi rumah kaca
Lalu bagaimana cara mencari peluang green jobs?
Green jobs berjalan beriringan dengan green lifestyle.
Dan seperti kita tahu, green lifestyle sebenarnya bukan hal baru. Gaya hidup ramah alam
adalah gaya hidup yang sebenarnya telah diterapkan leluhur kita sejak dulu kala.
Dulu, sebelum ada pupuk buatan, para petani memupuk lahannya dengan pupuk yang dibuat dari kotoran hewan. Begitu juga untuk pestisida, alih-alih memakai bahan kimia yang mencemarkan lingkungan, leluhur kita memanfaatkan bahan alami untuk mengusir hama.
Makanya saya optimis, di masa mendatang, pekerjaan yang akan sangat dibutuhkan dan juga menjanjikan adalah pekerjaan yang tumbuh dari tradisi-tradisi kuno. Tentu saja, tradisi yang sudah dimodifikasi dan disempurnakan dengan teknologi kekinian.
Perpaduan tradisi yang mengacu keseimbangan alam dan teknologi, akan menghasilkan #EnergiMuda. Energi yang akan membuat bumi hijau dan berseri kembali.
Semangat melestarikan tradisi yang berpadu dengan kemajuan sains dan teknologi inilah yang saya lihat ada di usaha Jamu Reina milik Made Ayu Aryani.
Tentang Jamu Reina
Lahir dan tumbuh dari lingkungan pecinta jamu, membuat Made Ayu akrab dan terbiasa dengan berbagai ramuan jamu. Ditambah lagi, sang ibu rupanya merupakan peneliti jamu yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun.
“Saya memulai bisnis jamu Rumah Reina di tahun 2012. Pembicaraan dan ide bisnisnya sebenarnya sudah mulai dipikirkan sejak 2007, tapi baru terealisasi 5 tahun kemudian. Waktu itu saya melihat ada banyak permasalahan kesehatan di masyarakat. Lalu melihat banyaknya kedai kopi yang muncul, terbersit ide untuk mengembangkan jamu dalam bentuk café. Ya café Jamu,” kata Made Ayu.
Café Jamu Rumah Reina dibuka di Solo, dan menyusul tak lama kemudian Ayu membuka Jamu Bar di AEON Mall BSD City Tangerang.
Ide ini sebenarnya terhitung cukup berani mengingat saat itu kebiasaan minum jamu tak terlalu popular dikalangan anak muda. Namun, bagi Made Ayu, hal ini justru jadi tantangan.
“Saya ingin melestarikan budaya dan hasil budaya Indonesia melalui minum jamu. Jamu kan sebenarnya bisa dikonsumsi semua generasi, bukan cuma orang tua,” imbuh dia.
Melalui produknya, Ayu ingin mengedukasi bahwa minuman kesehatan warisan leluhur ini sebenarnya tak selalu identik dengan rasa pahit dan image minuman orang tua. Dengan bimbingan dari Sang Ibu yang merupakan peneliti jamu, Jamu Reina diracik hingga minim rasa pahit.
Nama Reina sendiri berasal dari akronim dari nama keluarga yaitu Retno Hernayani (Ibu), Ayu (CEO dan founder Reina) dan I Nyoman Indra (adik Ayu yang menjabat sebaga CFO dan IT Reina).
Industri ramah alam
Sebagai minuman kesehatan yang diramu dari berbagai rimpang, daun, buah dan biji yang tumbuh subur di Indonesia, ketersediaan bahan baku berkelanjutan adalah syarat utama untuk mempertahankan bisnis ini.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, Ayu bekerja sama dengan petani dan pedagang rempah. Ada standar kualitas bahan baku yang ditetapkan agar kualitas Jamu Reina tetap terjaga. “Bahan yang digunakan untuk bahan baku selalu bahan segar. Ada yang didapat langsung dari petani, ada juga yang saya tanam sendiri seperti daun pandan dan sirih.”
Pengolahan jamu Reina masih menerapkan cara tradisional. Bahan baku berupa rimpang biasanya dikupas kulitnya untuk mengurangi residu tanah. Pengupasan kulit rimpang ini juga untuk menghindari bahan busuk di dalam rimpang serta meminimalisir kontaminasi bakteri e-coli. Setelah dikupas bersih, barulah bahan-bahan itu dicuci bersih dan dihaluskan.
Ayu mengaku sengaja tak memproduksi dalam jumlah terlalu banyak agar lebih udah menjaga kualitas produk. “Saat ini hanya ada 3 orang di tim produksi,” kata dia.
Lalu bagaimana dengan limbah pembuatan jamu?
Dijelaskan Ayu, industri jamu rumahan yang ia kelola merupakan industri yang ramah lingkungan dari hulu ke hilir. Maksudnya, jamu dibuat dari bahan alam dan sisa limbahnya pun masih bisa dimanfaatkan untuk pupuk, produk dasar perawatan kecantikan, hingga pewarna alami tekstil.
“Jadi bisa dibilang tidak ada yang terbuang sia-sia dari proses pembuatan jamu.”
Tak hanya memperhatikan bahan baku, proses pengolahan serta pemanfaatan limbah sisa pembuatan jamu, Ayu juga menerapkan kemasan ramah lingkungan pada kemasan produknya. Misalnya saja penggunaan kantong kertas untuk jamu kering, botol kaca untuk jamu ready to drink.
Lalu ada kemasan besek untuk paket jamu, serta kantong teh berbahan biodegradable. Setelah digunakan, tea bag dapat terurai di tanah dalam waktu satu bulan.
Pengembangan bisnis jamu
Sesuai dengan konsep green jobs yang mensyaratkan aktivitas yang mendukung keberlangsungan dan kelestarian alam, pengembangan bisnis Jamu Reina tak melulu berorientasi profit.
Ada misi edukasi yang juga dijalankan Ayu secara konsisten.
Ada Jamu Class, Jamu Trip dan konsultasi kesehatan. Beberapa kali, Ayu juga menggelar Jamu Class untuk anak-anak yang dilakukan secara virtual. Peminatnya cukup banyak dan berasal dari berbagai daerah. Bahkan peserta Jamu Class sendiri tak sedikit pula yang berasal dari luar negeri.
“Saat kali pertama memulai bisnis jamu, bisa dibilang belum banyak orang yang sadar manfaat minum jamu. Karena itu sejak awal berdiri saya selalu mengupayakan edukasi melalui berbagai platform. Mulai dari komunikasi via media social, mengadakan kelas jamu ke sekolah dan kampus serta melakukan penyuluhan ke kecamatan bekerja sama dengan organisasi dan lembaga,” terang Ayu.
Sebagai program pendukung, Jamu Class yang diadakan Reina Herbal ternyata diminati dan menjadi peluang bisnis tersendiri lho. Untuk informasi lebih lengkap bisa langsung cari informasi lengkapnya di reinaherbal.com
Acaraki adalah istilah dalam bahasa Sansekerta yang ditujukan untuk menyebut seseorang yang mengumpulkan dan meramu bahan alam seperti rimpang, akar, dan dedaunan untuk dibuat minuman kesehatan.
Prospek jamu di masa depan
Pandemi yang datang tak terduga mengubah persepsi banyak orang tentang kesehatan. Jamu, yang sebelumnya tak banyak dilirik, kini makin dipuja. Minuman kesehatan yang dibuat dengan bahan alami dan proses tradisional diyakini memberi manfaat kesehatan yang lebih baik dan jauh dari efek samping.
“Peluang jamu sangat menjanjikan. Apalagi saat ini, orang-orang banyak yang beralih kepengobatan alami. Didukung oleh aksi back to nature, bisnis jamu terbukti jadi bisnis yang mampu bertahan di masa pandemi,” jelas Ayu.
Apa yang dikerjakan oleh Made Ayu dengan bisnis Jamu Reina-nya jadi inspirasi buat kita semua, bahwa peluang kerja green jobs sebenarnya tersedia di sekitar kita. Dan bisa digali dari tradisi-tradisi kuno yang sebelumnya nyaris terlupakan.
ilustrasi |
Poin utamanya adalah pekerjaan yang kita lakukan harus berkontribusi pada kelestarian alam. Karena hanya dengan begitu kita bisa berkonstribusi menyelamatkan bumi dari kerusakan yang lebih parah.
Semoga jadi tambah tahu ya.
sumber foto : reinaherbal.com & www.instagram.com/rumah.reina/
Covid secara ga langsung mengajarkan kt unt hidup lbh sehat ya. N sbg orang Indonesia bangga banget krn kt punya jamu2an. Nice. Seneng bgt deh klo jamu udh dijual di mall, artinya lbh bersih dan bisa jd alternatif pilihan minuman biar ga minum boba trs 😂😂
BalasHapusWaah aku jd tertarik nyobain jamu ini. Dari kecil terbiasa dicekokin jamu Ama mama, dari yg awalnya ogah2an, sampe akhirnya jd suka banget Ama jamu :). Cm memang yg rasanya terlalu pahit aku blm bisa juga.
BalasHapusBentuk kemasannya baguuus! Dengan konsep ramah lingkungan gini, semoga aja jamu ini makin berkembang kedepannya :)
Jamu tradisional yang dikelola secara kekinian ya.
BalasHapusTuh botol kacanya mengingatkan pada botol kaca ice coffee yang pernah saya beli di Mal Kota Kasablanka.
Semua hal yang berkaitan dengan sayang bumi, memang kudu harus dimulai dari diri sendiri dan lakukan saat ini!
BalasHapusJadi, bisa dibayangkan jika setiap orang di dunia menanamkan hal yang sama!
... dan sebagai blogger kia bisa ambil andil mengedukasi orang-orang di sekitar kita, sebagai usaha pertama.
Let's do it, ladies!
Ya Allah, kangen ku sama jamu zaman sekarang.
BalasHapusBadan segar dan terbuat dasi asli bahan-bahan alami.
Ini contoh sederhana Green Jobs yaa..
Salut banget sama usaha-usaha yang bergerak sekaligus bisa melestarikan alam.
Bangganya dengan anak muda yang melakukan green job ini 😍. Bermanfaat pula untuk kesehatan dan kecantikan, keren deh!
BalasHapusSemoga kedepannya akan lebih banyak yang tahu apa ituitu green job dan melakukannya.