“Pernah pakai kosmetik bermerkuri?”
Duuh sebenarnya malu deh cerita pengalaman ini. Rasanya aib banget. Sampai sekarang kalau ingat lagi, saya suka nggak habis pikir saja. Kok bisa ya dulu terperdaya begitu rupa sampai akhirnya membeli kosmetik, tepatnya skincare, yang mengandung merkuri.
Tapi ya begitulah. Ada masanya kita begitu bodoh, sampai-sampai terbutakan janji dan kesaksian palsu. Untung sekarang sudah berhasil kembali ke jalan yang benar.
Terperdaya skincare mengandung merkuri
Jadi begini cerita…
Sekitar 10 tahun yang lalu. Kulit saya saat itu sedikit bermasalah. Kusam, dan banyak bekas jerawat. Maklumlah, ketika itu saya masih bekerja dan banyak menghabiskan waktu di luar ruangan. Nyaris tanpa perlindungan sunscreen.
Saya sempat melakukan perawatan dengan dokter kulit, namun tidak ada perubahan berarti pada kulit. Masih kelihatan kusam dan dekil. Jerawat juga masih sering muncul.
Hal ini bikin saya gelisah. Jadi kurang percaya diri rasanya. Apalagi make up juga tak banyak membantu menutupi kekurangan ini.
Hingga suatu hari, saya melihat testimoni dan review skincare di salah satu situs yang kelihatannya bagus banget. Jujur, saya tidak terlalu ingat ama brand-nya. Tapi skincare ini diklaim menggunakan bahan sarang burung walet sebagai key ingredient-nya.
Waktu itu, sebenarnya saya masih agak ragu untuk langsung beli. Saya coba googling lagi tentang manfaat sarang burung walet. Ternyata memang bahan ini mengandung banyak manfaat buat kesehatan kulit. Harganya pun lumayan mahal.
Hampir sekitar 2 minggu saya menimbang-nimbang, mau beli produk ini atau tidak. Akhirnya, setelah melihat berbagai testimoni, saya putuskan buat mencoba. Kebetulan waktu itu, skincare ini juga punya cabang klinik di Solo.
Sungguh, ketika itu sama sekali tak terlintas kecurigaan kalau skincare ini mengandung bahan berbahaya. Mereka punya situs resmi, dan juga punya klinik di beberapa kota. Kelihatannya memang meyakinkan sekali.
Singkat cerita, saya lalu berkunjung ke klinik itu dan membeli paket perawatan mereka. Ada beberapa pilihan paket. Saya pilih paket perawatan berisi krim pagi, krim malam, sabun wajah dan scrub. Total harganya sekitar Rp 500.000.
Lumayan pricey buat kantong saya saat itu. Tapi saya pikir, wajarlah bahannya saja sarang burung walet yang harganya memang mahal.
Karena produk itu saya beli di klinik kecantikan, saya nggak curiga saat mereka memberi produk dalam jar polos. Tidak ada nama brand yang tertera. Nggak nampak pula komposisi bahan dan tanggal kadaluarsa di kemasannya. Boro-boro nomor izin edar dari BPOM.
Dua hari pemakaian, kulit saya mulai terlihat lebih bagus. Sampai seminggu setelah pemakaian awal, bekas jerawat sudah memudar sepenuhnya. Kulit saya yang tadinya kusam, juga terlihat cerah, mulus dan putih.
“Wah produk ini bagus banget!” begitu pikir saya waktu itu.
Karena merasa telah memilih produk skincare yang tepat, saya pun mulai pamer nih ke orang-orang terdekat. “Saya pakai produk krim sarang burung walet lho.”
Banyak juga teman yang tertarik ingin ikut mencoba. Tapi tanggapan adik kandung saya yang kebetulan bekerja dengan dokter di sebuah klinik kecantikan berbeda.
Dia justru curiga dengan krim yang saya pakai karena memberi hasil instan.
“Kalau hasilnya bisa langsung semulus itu cuma dalam waktu seminggu malah aneh lho. Nggak wajar! Kulit kita saja butuh sekitar 28 hari buat regenerasi. Masa ini seminggu sudah bisa putih mulus gitu?” kata adik saya.
Perkataan itu sempat bikin saya mikir juga. Mulai muncul kecurigaan. Tapi kalau melihat wajah sendiri saat itu, kecurigaan saya langsung menguap. “Ah nggak apa. Nggak mungkin juga lah kalau ini krim abal-abal. Wong harganya juga nggak murah,” kira-kira gitu kata saya menghibur diri.
Sayangnya, tak lama berselang, kecurigaan adik saya terbukti.
Waktu itu BPOM merilis daftar kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti merkuri, steroid dan hydroquinone. Seperti yang bisa ditebak, krim sarang burung walet yang saya pakai termasuk dalam daftar kosmetik berbahaya yang dirilis BPOM. Lemas deh rasanya.
Hari itu juga saya langsung menghentikan pemakaian. Sisa krim tinggal sedikit, bahkan sudah hampir habis karena sudah saya pakai selama sekitar sebulan.
Tapi tahu nggak apa yang terjadi pada kulit saya setelah berhenti memakai krim abal-abal itu?
Kulit saya makin kusam. Gampang kemerahan saat terpapar sinar matahari, dan rasanya agak perih. Sedih banget, kondisi kulitnya malah lebih parah dari sebelumnya.
Butuh waktu sangat lama buat mengembalikan kondisi kulit saya. Baru sekitar 4 tahun belakangan, saya merasa kulit saya perlahan membaik.
Butuh waktu lama untuk memperbaiki kondisi kulit yang terpapar kosmetik bermerkuri |
Mengenal Merkuri
Sebenarnya merkuri itu apa sih?
Kenapa ada kosmetik yang memanfaatkan merkuri sebagai bahan baku?
Apa bahayanya untuk tubuh?
Menurut Dra Mayagustina Andarini, Apt M Sc. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Talkshow Webinar Cosme Talk bertajuk “Stop Kosmetik Bermerkuri : Petaka Dibalik Putih dalam Sekejap”, yang saya ikuti Rabu, 16 September 2020 lalu. Merkuri merupakan cairan logam perak, disebut juga air raksa.
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu ruang dan tak berbau.
Merkuri dulu cukup umum digunakan sebagai campuran kosmetik atau skincare karena dapat memutihkan kulit.
Namun akhirnya diketahui, bahwa penggunaan merkuri pada kosmetik berdampak buruk pada kesehatan. Bahkan bisa membahayakan nyawa.
Dalam perbincangan itu, narasumber dokter Listya Paramita Sp.KK menerangkan bahwa Merkuri bekerja memutihkan kulit dengan mengelupas lapisan epidermis kulit. “Merkuri Klorida melepaskan asam klorida yang memaksa pengelupasan epidermis kulit. Jadi kulit cepat putih,” jelas dia.
Selain itu, sambung dokter Mita, senyawa merkuri amino klorida juga menginaktivasi enzim sulfhidril mercaptan. Enzim ini menghambat kerja enzim tyrosinase yang menghambat pembentukan melanin kulit.
Mengenali kosmetik mengandung merkuri
Masalahnya, tak mudah mengenali kosmetik yang mengandung merkuri. Meski banyak yang bilang kosmetik bermerkuri umumnya berbau agak menyengat dan berwarna kuning, menurut Bu Maya hal itu tak bisa dijadikan patokan cara mengenali kosmetik bermerkuri. “Untuk mengetahui kandungan Merkuri harus dilakukan uji lab.”
Karena itu, cara terbaik untuk menghindari kosmetik bermerkuri adalah dengan memilih kosmetik yang sudah teregistrasi dan memiliki izin edar BPOM.
BPOM secara berkala juga melakukan uji sampling kosmetik yang beredar di pasaran. Hal ini merupakan bentuk pengawasan produk kosmetik yang beredar.
Uji sampling dilakukan dengan mengambil sampel produk kosmetik yang beredar di seluruh Indonesia. Baik yang dijual secara online maupun yang ada di toko/pasar.
Produk yang diuji disusun berdasarkan risk base. Produk yang kira-kira memiliki resiko besar membahayakan kesehatan atau produk yang mencurigakan adalah produk yang diprioritaskan buat diuji.
Berdasarkan hasil uji ini, BPOM lalu mengeluarkan public warning. Produk mana saja yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, steroid dan sebagainya.
Bisnis kosmetik kelihatannya memang bisnis yang mendatangkan banyak cuan. Kebutuhan perempuan Indonesia akan kulit yang putih mulus membuat permintaan produk skincare pemutih selalu tinggi. Celah inilah yang kerap dimanfaatkan oleh produsen "nakal".
Dalam Talkshow ini, dr.Anggind G Andromeda yang juga dikenal sebagai Dokter Grand yang juga aktif mengulas skincare melalui channel youtube menerangkan beberapa tipe produsen kosmetik “nakal” ini.
- Produsen kosmetik yang tidak memiliki basis pendidikan atau pengetahuan farmasi. Produsen seperti ini mencampur berbagai jenis bahan kimia tanpa paham dosis aman, lantas dijual. Umumnya produsen seperti ini memprodksi dalam skal rumahan.
- Pemalsu merk kosmetik ternama. Produsen seperti ini biasanya mencatut brand terkenal. Mengemas produk palsu dalam kemasan yang mirip dengan brand terkenal, lalu mengedarkan dengan harga jauh dibawah pasaran.
- Pemilik merk skincare resmi yang curang. Produsen ini sebenarnya memproduksi beberapa produk kosmetik yang tedaftar dan memiliki izin edar BPOM. Namun produk yang diedarkan di pasaran ternyata memiliki kandungan bahan yang berbeda dari sampel yang didaftarkan di BPOM. Ini alasannya, BPOM secara berkala melakukan uji sampling pada produk kosmetik. Baik yang belum memiliki izin maupun yang telah memiliki izin edar.
- Oknum dokter, atau pemilik klinik kecantikan yang menjual produk skincare secara bebas tanpa melaporkan atau meregistrasi produknya ke BPOM. Modus oknum ini biasanya dengan menjual produk tak berizin secara online. Tanpa menyertakan informasi yang jelas tentang komposisi produk.
Ah, seandainya saja saya mengetahui semua informasi ini 10 tahun lebih cepat. Mungkin saya nggak perlu melalui masa-masa kelam terperdaya kosmetik mengandung merkuri.
Tapi ya sudah, kesalahan di masa lalu sebaiknya dijadikan pelajaran. Jangan lagi mudah tergiur dengan janji dan testimoni palsu. Belajar untuk jadi konsumen yang cerdas dan teliti saat membeli produk.
Semoga jadi tambah tahu ya.
Karrna udah oernah jadi korban janji manis produk bermerkuri, berarti sekarang harus kebih hati2 dan terutama memberi informasi kepada follower seputar produk kosmetik yang aman.
BalasHapuswaw infografisnya keren sekalii <3
BalasHapusPengalaman adalah guru yang terbaik,aseek kaan.
BalasHapusTapi sekarang jadi lebih tahu, apalagi pernah mengalami, jadinya ga akan diulangi lagi ya Wied, hihii.
Beneran Webinar kemaren nambah wawasan banget soal merkuri dan bahayanya.
hihi...salfok juga ke infografisnya. TFS mb wid
BalasHapus