It’s Okay to Not Be Okay, adalah drama yang brilian!
Itu menurut saya. Drama comeback Kim Soo Hyun ini mengambil tema kesehatan mental dengan gaya bercerita yang unik.
Satu lagi yang saya suka adalah, It’s Okay to Not Be Okay sukses dan sangat digemari bukan semata dengan “jualan” nama besar Kim Soo Hyun sebagai pemeran utama.
Kekuatan terbesar It’s Okay to Not Be Okay terletak di kisahnya sendiri.
Premis yang diangkat sebenarnya bukan hal baru. Kisah tentang orang-orang yang haus cinta dan kasih sayang, mengalami trauma dalam hidup. Lantas bertemu, menumbuhkan rasa satu sama lain dan berakhir dengan saling dukung dan saling cinta.
Yup sesederhana itu. Ada banyak drama korea dengan premis serupa.
Tapi yang membuat It’s Okay to Not Be Okay berbeda karena drama ini mengangkat isu kesehatan mental. Kesehatan mental yang terabaikan, yang sangat mungkin, terjadi pada kita dan orang-orang di sekeliling kita.
Hebatnya lagi, luka-luka batin dan usaha para tokoh untuk sembuh dibuat relate dengan dongeng anak. Sungguh diluar pemikiran kebanyakan orang. Bahwa dibalik kisah dongeng pengantar tidur ada kenyataan pahit dan trauma yang tersembunyi.
Begitu kelar nonton drama ini, rasanya saya pengin langsung standing applause buat para pemainnya. Pengin angkat topi buat sutradara, Park Shin Woo dan penulis, Jo Yong. Brilian banget!
Okay, mari kita langsung ke sinopsis.
Sinopsis
Berbeda dari drama lainnya. It’s Okay to Not Be Okay mengawali kisahnya dengan sebuah animasi pendek.
Alkisah, hiduplah seorang gadis cantik yang tinggal di sebuah kastil terpencil di tengah hutan. Gadis ini kesepian, tidak punya teman. Setiap kali ia mencoba berteman, orang-orang akan menjauhinya. Mereka bilang gadis itu monster.
Gadis yang terkucilkan itu kesal, marah dan mulai melampiaskan kekesalannya dengan memancing dan menyiksa ikan tangkapannya. Tak lama, tanpa sengaja kailnya mengenai seorang bocah lelaki yang tenggelam.
Dan tanpa sengaja pula, gadis itu menyelamatkan bocah lelaki tersebut.
Ajaib, seketika bayangan gelap yang menaungi gadis itu menghilang. Tapi sebagai gantinya bocah lelaki itu mengikutinya kemana-mana.
Hingga suatu hari, sang gadis memperlihatkan sisa-sisa tubuh kupu-kupu yang dibunuhnya kepada bocah lelaki. Sang bocah terkejut, dia sangat ketakutan. Dan sejak saat itu gadis malang itu kesepian lagi.
Cerita sebenarnya pun dimulai….
Moon Gang Tae (Kim Soo Hyun), adalah perawat di Rumah Sakit Jiwa. Ia seorang yatim piatu. Satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah kakaknya, Moon Sang Tae (Oh Jung Se) yang menderita Autism Spectrum Disorder (ASD).
FYI, spektrum autism merupakan gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berinteraksi, bersosialisasi. Termasuk juga dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
Gejala ASD pada tiap orang boleh jadi berbeda satu sama lain. Namun umumnya, orang yang mengalami ASD sulit melakukan kontak mata saat komunikasi dengan orang lain. Sulit berinteraksi, dan sulit mengekspresikan emosi.
Penderita ASD kerap kali mengulang kata atau frase saat berbicara. Kadang mereka menjawab sesuatu yang tak sesuai dengan pertanyaan. Malah, alih-alih menjawab pertanyaan, mereka justru mengulang pertanyaan. Nada saat berbicara cenderung datar, atau sebaliknya malah seperti bernyanyi.
Hidup berdua bersama kakak yang menderita ASD, membuat Gang Tae selalu menyembunyikan dan menahan perasaannya. Ia tak pernah marah, tak pernah mengungkapkan hal yang ia sukai. Seluruh hidupnya ia abdikan untuk menjaga kakaknya.
Beban ini makin terasa berat terutama setelah ibu mereka meninggal dalam sebuah pembunuhan sadis 18 tahun silam. Sang Tae adalah saksi dalam kasus itu. Namun, kondisinya tak memungkinkan Sang Tae bersaksi. Identitas pembunuh tak terungkap.
Pembunuhan ibu mereka menghantui Sang Tae. Pada masa tertentu, ingatan tentang pembunuh itu hadir dalam bentuk mimpi. Serasa ada ratusan kupu-kupu yang datang ke mimpi Sang Tae. Mengejar, serta mencoba membunuh dia.
Akibat trauma itu, Sang Tae dan Gang Tae terus berpindah tempat. Mereka seperti melarikan diri, dari mimpi buruk.
Sementara itu Ko Moon Young (Seo Ye Ji), adalah seorang perempuan cantik, dingin, antisosial yang juga penulis cerita anak terkenal. Sesuai dengan kepribadiannya, cerita anak yang ditulis Ko Moon Young sungguh tak seperti cerita anak kebanyakan yang berakhir bahagia. Semua adalah cerita yang gelap dan suram.
Kisah tentang Anak Lelaki yang Penuh Ketakutan, Kisah Hidup Zombie, Anjing Musim Semi, Tangan dan Sang Monkfish, merupakan sebagian dari karya bestseller-nya yang berakhir tragis. Toh begitu, buku-bukunya laris manis. Banyak orang menyukai buku-buku Ko Moon Young, termasuk Sang Tae
Sang Tae adalah penggemar berat Ko Moon Young.
Pertemuan pertama Ko Moon Young dan Moon Gang Tae terjadi di Rumah Sakit Jiwa tempat Gang Tae bekerja. Saat itu, Moon Young menggelar pembacaan dongeng untuk menghibur pasien.
Tapi seorang pasien rumah sakit mengamuk, dan nyaris membunuh Moon Young. Untung Gang Tae datang di saat yang tepat dan berhasil menyelamatkannya. Moon Young yang naik pitam mencoba menusuk pasien itu. Maklum ya, Moon Young ini memang orangnya impulsif banget. Nggak suka, hajar!
Untung Gang Tae berhasil mencegah dengan menahan pisau yang dihujamkan oleh Moon Young. Saat itulah pandangan mata mereka bertemu. Moon Young seketika langsung tertarik pada Gang Tae.
Singkat cerita, Moon Young yang terobsesi memiliki Gang Tae mulai mengikuti kemanapun Gang Tae pergi. Termasuk saat akhirnya Gang Tae pindah kerja ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ok yang dipimpin Direktur Oh Ji Wang (Kim Chang Wan).
Siapa sangka, Kota Seongjin, lokasi RSJ OK, ternyata merupakan kampung halaman Gang Tae, Sang Tae dan Moon Young. Dulu selepas kematian ibu mereka, Sang Tae dan Gang Tae kabur dari kota itu. Sementara Moon Young menghabiskan masa kecilnya di sebuah kastil terpencil di Seongjin. Sebuah kebetulan?
Dari kota ini trauma ketiga tokoh dimulai, dan di tempat yang sama pula mereka harus mengakhirinya.
Skandal Ko Moon Young yang membentak penggemar dalam sebuah acara jumpa fans membuat perusahaan penerbit yang menaunginya bangkrut. Pimpinan Perusahaan Penerbitan Sangsangyisang, Lee Sang In (Kim Joo Hun) yang kehilangan seluruh hartanya, terpaksa mengikuti Moon Young ke Kota Seongjin.
Di sana, ia menyewa kamar kecil di rumah Kang Soon Deok (Kim Min Kyung).
Kebetulan, Kang Soon Deok adalah ibu dari Nam Ju Ri (Park Gyu Young), rekan kerja Gang Tae. Nam Ju Ri sendiri menaruh hati pada Gang Tae. Bahkan Gang Tae, Sang Tae dan seorang sahabat mereka, Jo Jae Soo (Kang Ki Dong) juga tinggal di rumah yang sama.
Kisah kemudian bergulir. Interaksi antara Gang Tae, Sang Tae dan Moon Young membuat ketiganya berkonflik sekaligus saling menyembuhkan “luka” satu sama lain.
Siapa yang nggak waras?
Seperti yang saya katakan sebelumnya, drama ini berkisah tentang kesehatan mental dan luka batin yang dialami tokoh-tokohnya.
Sang Tae dengan trauma pembunuhan ibu dan kondisinya sebagai penderita ASD. Moon Young dengan trauma masa kecil yang terkungkung oleh ibu yang super posesif dan percobaan pembunuhan yang dilakukan ayahnya. Serta Gang Tae yang terluka karena pengabaian ibunya.
Tak ada tempat yang tepat untuk menggambarkan sekaligus menyembuhkan semua “kegilaan” ini selain rumah sakit jiwa.
Setiap pasien RSJ mengalami masalahnya masing-masing. Sebagian dari mereka, kelihatan baik secara fisik. Namun kelakuan mereka jelas tak mudah dipahami oleh kebanyakan orang. Tapi anehnya dalam banyak kesempatan, celetukan “orang-orang gila” di RSJ Ok justru terasa sangat masuk akal.
Selama nonton, saya jadi mikir yang nggak waras sebenarnya siapa?
Banyak pasien yang akhirnya terdampar ke RSJ Ok, karena kelakuan gila orang-orang sekitarnya. Seperti Lee Ah Reum (Ji Hye-Won) yang mengalami gangguan kaena sering disiksa oleh suaminya yang sadis.
Atau seperti Yoo Sun Hae (Joo In Young) yang mengidap kepribadian ganda sebagai bentuk perlindungan dari siksaan ibu kandungnya. Ayah Sun Hae malah mengira si anak kesurupan dan menjualnya ke dukun. Gila!
Dongeng dan realitas
Yang paling saya suka dari It’s Okay to Not Be Okay adalah kemampuan penulis membuat relasi yang realitis antara kisah yang dialami para tokoh dengan dongeng-dongeng ternama. Ada Gadis Bersepatu Merah karya Hans Christian Andersen, Raja Bertelinga Keledai dan masih banyak lagi.
Interpretasi baru dari dongeng-dongeng sepanjang masa itu juga sangat menarik. Pokoknya out of the box banget deh. Seperti mengajarkan kita, bahwa hidup memang tak seindah dongeng. Bahkan dalam dongeng pun ada kenyataan - kenyataan pahit yang tersirat.
Tidak ada tokoh yang hadir tanpa alasan dalam drama ini. Meski sejumlah tokoh hanya tampil dalam beberapa scene, tapi semua membawa pesan penting dan membuat jalinan cerita makin solid.
Bukan cuma jalinan ceritanya yang apik. Scene yang ditampilkan sepanjang drama juga sangat artistik. Dengan tone warna lembut yang bikin kita nyaman menonton sampai akhir.
Belum lagi aksesoris dan outfit Koo Moon Young yang luar biasa kece. Sekilas mengingatkan saya pada tokoh Jang Man Wool dalam Hotel del Luna. Kedua tokoh ini serupa. Menyembunyikan kelemahan mereka dengan ekspresi sadis, nada bicara tinggi dan fashion yang menyolok.
Bagaimana dengan akting aktor-aktornya?
Jempol lima deh. Terutama untuk pemeran Sang Tae dan Moon Young. Aktingnya sangat meyakinkan. Salah satu adegan paling epic, menurut saya, adalah saat Ko Moon Young memarahi rusa dalam bahasa rusa.
Ceritanya, itu rusa bikin Moon Young kaget karena nyeberang jalan nggak pakai aba-aba. Jadi diteriaki oleh Moon Young sambil meniru suara rusa.
Lalu saat rusa juga membuat ia gagal berciuman dengan Gang Tae. Lagi-lagi dia marah sambil meneriaki rusa seperti suara rusa. Hahaha.
Itu kocak dan memorable banget buat saya. Sepele tapi cukup menggambarkan “kegilaan” Moon Young.
Yang benar aja sih, rusa dimarahi pakai bahasa rusa.
Meski harus diakui, ada beberapa plot holes dalam drama ini. Seperti tentang cara ibu Ko Moon Young bertahan hidup setelah didorong dari lantai 2 dan dibuang ke sungai oleh suaminya. Lalu tentang kondisi kastil Moon Young yang sudah terabaikan belasan tahun tapi bisa langsung ditempati.
But it’s okay to not be okay.
Semua plot holes masih termaafkan dengan ide cerita brilian, penggarapan yang apik dan akting casts yang memuaskan.
Pada akhirnya, drama ini mengingatkan kita buat nggak munafik. Jujur padadiri sendiri adalah cara terbaik untuk bahagia. Kita nggak harus selalu jadi yang terbaik atau terkuat seumur hidup kita.
Ah bagus banget lah pokoknya. Saya nggak bakal heran kalau drama ini mendapat penghargaan Baeksang tahun depan.
Semoga jadi tambah tahu ya..
Ulsan bagus nih... Aku juga suka bgt sama drakor ini mbak. Merasa kayak ada penyembuhan luka batin juga
BalasHapusHmmm jadi makin penasaran buat nonton langsung, dapet rekomendasi buat nonton It's Okay To Not Be Okay, tapi masih ragu soalnya baru mulai suka Drakor, pun genre tertentu saja
BalasHapusMin, tolong review in drama Was It Love atau Extraordinary You dong. Itu dua duanya bagus loh buat ditonton.
BalasHapusMin bagus ulasannya. Next tolong bikin ulasan drama extraordinary you dan beauty inside, bagus dramanya min. EY menggambarkan perasaan dan penderitaan penderita sakit kronis usia muda. Beauty inside menunjukkan cara untuk mencintai diri sendiri terlepas dari kekurangan diri dan mencoba menerima orang benar benar apa adanya
BalasHapusSudah semakin terbiasa dengan drama korea apa lagi Drakor. The best momen of drama. Thanks min
BalasHapusSuka banget sama drakor ini, alur cerita dan pemerannya bagus-bagus
BalasHapussangat bagus
BalasHapusSaya setuju, drama It's Okay to Not Be Okay sangat unik dan menarik karena mengangkat tema kesehatan mental dan menceritakan kisah yang berbeda dari drama-drama lainnya. Saya sangat kagum dengan cara drama ini menggabungkan dongeng anak-anak dengan kisah dewasa yang pahit dan menghadirkan isu yang mungkin terjadi pada kita atau orang di sekitar kita. Penampilan yang brilian dari para aktor membuat drama ini layak diacungi jempol.
BalasHapus