Harus diakui, digitalisasi di bidang ekonomi telah mengubah gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama para generasi milenial.
Pembayaran dengan uang tunai, perlahan bergeser pada transaksi non tunai. Belanja online melalui marketplace dan e-commerce bukan lagi hal yang asing buat kita. Tak ketinggalan, cara pandang generasi milenial terhadap investasi keuangan pun turut mengalami pergeseran.
Dulu, atau setidaknya sampai lima tahun yang lalu, kebanyakan orang, termasuk saya, masih menganggap tabungan dan deposito adalah pilihan utama dan termudah untuk menyimpan uang. Sungguh belum banyak yang menyadari, bahwa kedua produk keuangan tersebut sesungguhnya tidak bisa berpacu cepat mengimbangi laju inflasi.
Gambaran sederhanya begini, bila kita menyimpan uang di bank dengan konsekuensi potongan biaya administrasi, ATM dan sms banking tiap bulan, jumlahnya tidak sebanding dengan bunga bank yang kita dapatkan. Bukannya untung, malah uang kita berkurang. Sementara deposito, meski masih menjadi pilihan investasi yang aman, namun nilai pertambahannya terbukti tetap tidak bisa mengimbangi laju inflasi. Pun, masih ditambah kebijakan kebanyakan bank yang mensyaratkan batas minimal untuk membuka deposito sekitar Rp 5 juta, cukup memberatkan buat sebagian masyarakat menengah. Begitupula bila kita ingin berinvestasi pada bangunan dan emas, jumlah yang kita butuhkan untuk memulai berinvestasi tidak sedikit.
Sebenarnya ada satu instrument investasi lagi yang bisa jadi alternatif, yaitu pasar modal. Sayangnya, selama puluhan tahun sebelumnya, masyarakat kita sudah terlanjur beranggapan bahwa investasi saham adalah investasi eksklusif yang hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. Masih ditambah lagi, cerita-cerita yang beredar bahwa bermain saham sangat beresiko tinggi. Tidak sedikit orang yang jatuh pailit karena saham.
Yah, anggapan itu memang tidak semuanya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Investasi saham memang memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding investasi deposito atau emas. Namun hal itu sebanding dengan potensi keuntungan yang menyertainya.
Beruntunglah kita yang hidup di era milenial seperti saat ini. Digitalisasi ekonomi dan pembaharuan kebijakan ekonomi oleh pemerintah telah membuka akses yang lebih besar untuk kita ikut berinvestasi pada pasar modal. Kalau dulu akses pasar modal hanya bisa didapat bila kita aktif mengunjungi bursa efek atau perusahaan sekuritas, kini akses itu bisa kita dapat hanya melalui smartphone dan website.
Informasi mengenai pasar modal pun bisa dengan mudah kita peroleh melalui website.
Seiring dengan kampanye “Yuk Nabung Saham” yang terus digaungkan pemerintah, kemudahan untuk mulai berinvestasi pada pasar modal pun ikut didukung dengan digitalisasi sistem yang dilakukan oleh para perusahaan sekuritas dan perbankan. Kini kita bisa melakukan registrasi dan mulai bertransaksi saham melalui aplikasi smartphone.
Untuk membeli dan menjual saham, cukup dengan sekali klik. Portofolio dan laporan transaksi bisa diakses melalui aplikasi atau dikirim melalui email. Bahkan untuk menarik dana pun bisa dilakukan secara online. Kalau Anda termasuk investor pemula dan masih cukup awam dengan jual beli saham, Anda mungkin bisa memulai dengan berinvestasi pada reksadana. Dengan begitu, Anda tidak perlu terlampau pusing memantau pergerakan pasar modal dan membaca trend pasar. Cukup serahkan kepada manajer investasi untuk mengelola dana.
Belakangan, akses berinvestasi pada pasar modal ini semakin luas dengan ikut bergabungnya marketplace seperti Bukalapak dan Tokopedia sebagai agen penjual produk pasar modal. Sebagai generasi milenial, kita pasti sudah terbiasa menggunakan jasa kedua marketplace ini untuk belanja atau membayar tagihan bulanan. Jadi, tentu tidak sulit pula bagi kita untuk mulai membeli produk pasar modal melalui mereka. “Awalnya, BukaReksa merupakan layanan yang kami tujukan untuk para seller Bukalapak. Ketimbang dana hasil jualan cuma mengendap, bukankah akan lebih baik kalau sekalian dinvestasikan pada pasar modal?” kata Hafizh Asri, Investment Solutions Manager Bukalapak pada kesempatan Seminar Reksadana di Solo, November 2018.
Meski semula ditujukan sebagai alternatif investasi bagi para seller Bukalapak, lanjut Hafizh, BukaReksa juga bisa diakses oleh pengguna Bukalapak yang lain untuk mulai berinvestasi. Tidak
perlu dana besar, cukup dengan minimal Rp 10.000, kita sudah bisa mulai berinvestasi. Mudah dan murah bukan?
Perkembangan ekonomi digital memang memudahkan kehidupan kita. Namun sebaiknya kita juga mulai cerdas memanfaatkan digitalisasi ekonomi tidak hanya untuk hal-hal yang konsumtif, tapi juga untuk mulai berinvestasi.
Semoga jadi tambah tahu ya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengin nabung saham. Belum ada wkatu buat belajar, hiks
BalasHapusWah investasi dari nilai yang kecil. Penting nih buat belajar invest ya, mak
BalasHapuskayaknya sekarang bukalapak ada buka reksanya juga ya..investasi saham tinggal klik doang..gampang banget tuh
BalasHapusSetuju sekarang gampang banget kalau mau investasi. Aku udah invest pake e commerce juga mak. Tapi masih gagal yg di BL karena namanya gak sama sama KTP 🤣 hihihi
BalasHapusMulai dari 10rb aja udah bisa investasi ya skrg mak, jaman makin keren eeuuyyy
BalasHapus