Kalau ngomongin gigi saya pasti inget sama lagu yang syairnya kurang lebih begini nih..
"Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini...Biar tak mengapaNah, jangan tanya judulnya ya. Sumpah saya nggak inget babar blas. Apalagi, saya bukan pemerhati lagu dangdut juga. Tapi, itu lagu populer banget kan?
Rela-rela, rela aku relaaa...."
Balik lagi ngomongin soal syair lagu tersebut, saya nggak sepaham sih ama penciptanya. Wong saya sudah ngerasain sendiri lho, betapa pedihnya sakit gigi. Kalau sakit hati mah, saya suka gampang lupa. Tapi kalau sakit gigi? Boro-boro mau ngelupain, mau ngomong aja suakiiitnya minta ampun. Dan hebatnya itu sakit gigi terasa bisa menjalar kemana-mana. Ya ke kepala, ke mata, pokoknya semua badan jadi sakit. Padahal itu cuma bolong kecil lho. Saya nggak bisa ngebayangin deh, gimana rasanya kalau bolongnya lebih besar lagi.
Makanya, saya berusaha menerapkan aturan dan menanamkan kebiasaan yang lumayan ketat untuk Narend, terkait dengan kesehatan gigi. No makanan manis dan instan! Awalnya, berdasarkan informasi dan rekomendasi yang saya dapat dari emak-emak kece penganut MPASI rumahan, pembatasan gula garam sepatutnya diterapkan sejak dini. Selain, karena kebutuhan anak tidak memerlukan asupan gula dan garam sebanyak orang dewasa, hal ini juga baik untuk merombak kebiasaan makan kita yang "kurang sehat" karena kerap mengonsumsi gula garam secara berlebihan.
Itu yang mula-mula coba saya terapkan. Kenyataannya, ada masa saat saya terlalu sibuk dengan urusan rumah tangga dan pekerjaan lainnya sampai saya malas menyiapkan makan pagi buat Narend. Alhasil, saya pun mulai agak longgar dan membiarkan Narend mengonsumsi MPASI instan. Memang hanya terbatas pada makan pagi, itupun tidak sering. Hanya kalau saya tidak sempat saja. Dan sekarang, semakin bertambah umurnya, semakin banyak pula giginya, Narend pun makin penasaran dengan aneka ragam makanan yang dibeli atau dibuat oleh Oma. Maka, dia pun mulai familiar dengan makanan manis seperti es krim buatan Oma, roti dan banyak lagi.
Sebenarnya, saya sendiri sudah mulai membiasakan sikat gigi kepada Narend, sejak giginya mulai tumbuh. Setiap kali mandi pagi, sore dan menjelang tidur, saya biasakan dia untuk menyikat giginya. Tapi tahukah Anda, tidak mudah rupanya menyikat gigi balita macam dia.
Ada satu masa, saat dari melakukan GTM alias gerakan tutup mulut. Hwaduh, kalau anak lain GTM karena ogah makan, Si Narend GTM karena ogah sikat gigi. Untungnya, saya juga tergolong ibu yang "bandel", jadi saya nggak mau menyerah begitu saja. Saya ajak dia bercanda, ajak dia ikut memegang sikat gigi, dan saat dia mulai santai, saya sikat giginya pelan-pelan. Puji Tuhan berhasil! Meski dengan menghabiskan lebih dari setengah stok kesabaran saya, dan hampir setengah jam hanya untuk membujuknya menyikat gigi.
Tantangan lain, saat menyikat gigi Narend adalah.... itu bocah susaaah banget disuruh nyengir kuda. Setiap kali saya sikat giginya, gigi atasnya pasti disembunyikan dibawah bibir. (bisa ngebayangin nggak? saya bingung juga sih cara menggambarkannya). Pokoknya jadi susah deh kalau mau nyikat gigi depannya. Saya coba berbagai macam cara, saya nyanyikan lagu, saya becandain supaya dia ketawa. Kalau dia ketawa biasanya kan suka nyengir, maksud hati sih mau ambil kesempatan. Begitu dia nyengir, saya sikat tuh gigi depannya, tapi ternyata saya kalah lihai. Narend kelihatannya mulai pinter, begitu terlihat saya mulai mengangkat finger toothbrush itu, dia langsung tutup mulut lagi. Akhirnya saya harus puas dengan menyikat bagian gigi yang terlihat saja.
Belum lagi, mengajari dia berkumur. Wah ini pekerjaan rumah lain buat saya. Sejauh ini memang belum berhasil, walau saya selalu memberi contoh berkumur kepada dia. Tapi saya cukup terhibur dengan antusiasnya untuk berkumur. Setiap kali selesai sikat gigi, Narend hampir selalu bilang "kumur...kumur". Walau air kumurnya dia minum juga, dan saya pun dia suruh ikut berkumur. Iya deh Nak, ibu aja yang yang kumur ya.
Terus terang, sampai sekarang saya belum menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi Narend. Menurut artikel yang saya baca di http://www.babycenter.com, penggunaan pasta gigi sebenarnya dapat diberikan sejak anak mulai dikenalkan dengan aktivitas menyikat gigi. Meski begitu, pemakaiannya dibatasi sekali. Jumlah yang disarankan 25 miligram per hari. Itu artinya 25 miligram dibagi 3 ya. Dan sangat disarankan pula menggunakan pasta gigi khusus anak.
Lebih dari itu, selain menanamkan kebiasaan sikat gigi rutin, sebenarnya akan lebih baik bila kita juga membiasakan anak untuk menjaga kesehatan giginya sendiri. Misalnya dengan tidak membiarkan anak makan dan minum di tempat tidur terutama saat menjelang tidur. Ini terutama ditujukan bagi anak yang mengonsumsi susu formula, karena kebanyakan susu formula mengandung pemanis yang berpotensi menyebabkan kerusakan gigi.
Tidak ada komentar